Reportase.tv Denpasar – Tak ada yang menyangkal jika tiupan angin di wajah ketika mengayuh sepeda, menimbulkan sensasi tersendiri. Udara panas dan angin dingin, bagian dari petualangan mengasyikan gowes ratusan kilometer apalagi jika dibarengi teman perjalanan yang menyenangkan.
“Aku tuh senang banget kalau gowes ramai-ramai, tertawa-tawa bersama kawan-kawan perjalanan ini mengakrabkan persahabatan. Belum lagi kalau lihat pemandangan alam yang indah, memompa adrenalin,” ungkap Umi Khulsum, salah satu peserta petualang sepeda yang mengikuti The Paradise of East Bali loop sejauh 300 km ini, di Candidasa, Karangasem, Bali, Senin (25/11/2019).
Ia bersama tim Discovery Indonesia Cycling Community (DICC) mencoba jalur ekstrem dengan menyusuri jalanan dari sisi timur ke barat Pulau Bali, mulai dari Sanur-Karangasem-Klungkung- Singaraja-Denpasar.
Bersepeda di Bali memungkinkan kita menikmati pedesaan yang indah di pulau ini, begitu pula kehidupan desa pedesaan Bali dari awal. Mengayuh melalui medan halus hingga kasar di samping jalur vulkanik, meluncur menuruni bukit melewati kuil dan perkebunan kuno sambil menyapa petani dan anak sekolah setempat saat lewat, semua menambah pengalaman mendalam.
Mereka memang berencana mengelilingi Bali. Perjalanan akan dibagi beberapa etape, dengan menitikberatkan wisata bukan adu cepat. Etape pertama ini ditempuh dari Denpasar ke Candidasa sejauh 35 km, melewati jalur landai di sisi pantai timur Bali. Akhir etape gowes akan bermalam di Amlapura, Karangasem.
“Jalur etape pertama ini asyik, nyaman lah untuk bersepeda santai sambil menikmati pemandangan. Semoga tahap selanjutnya, gak terlalu berat. Toh kami kan sebenarnya ingin wisata, bukan balapan sepeda,” ungkap Umi, wanita paruh baya yang masih cantik ini.
Sebelumnya, professional bidang konsultan pajak ini juga pernah menyusuri Gunung Lawu di Jawa Tengah. Pengalaman bersepeda mengelilingi pegunungan itu, yang membuat tetap tertarik gowes menyusuri bentang wilayah Indonesia lainnya.
“Semangat petualangan kan harus dijaga, jangan sampai padam. Mumpung dengkul masih kuat gowes, ini jadi pelipur lara kita,” ujarnya.
Etape dari Candidasa-Tulamben, akan dimulai dengan tanjakan sekitar 10 derajat dengan jalan yang meliuk-liuk mendaki pegunungan. Agak berat, memang. Namun akan terbayar dengan pemandangan lautan yang membiru di sisi kanan jalan dan alam khas Bali, teratur dan suasana desa-desa dengan pura yang memanjakan mata. (Tata/Sfy)