Cegah Radikalisme, Adam Rusydi Tekankan Pentingnya Toleransi Beragama

Anggota Komisi C DPRD Jawa Timur Adam Rusydi S.Pd, MPd. (pegang mic) saat acara 

Anggota Komisi C DPRD Jawa Timur Adam Rusydi S.Pd, MPd. (pegang mic) saat acara 


reportase.tv Sidoarjo – Anggota DPRD Jawa Timur dari Komisi C dari Fraksi Golkar, Adam Rusydi S.Pd, MPd. menyampaikan  pentingnya toleransi dalam kehidupan beragama guna meredam potensi konflik, baik di tingkat nasional maupun internasional.

Dalam Sarasehan yang digelar pada Selasa 18 Maret 2025 di Sidoarjo, Adam Rusydi mengungkapkan bahwa konflik sering kali muncul akibat terbentuknya kelompok-kelompok yang bersifat eksklusif. Menurutnya, eksklusivitas ini menghambat kemampuan untuk mengurangi perbedaan dan meredam ketegangan antar kelompok.

Ia menjelaskan bahwa dalam Islam terdapat dua konsep utama dalam menjalin hubungan antarumat beragama, yakni kumpulan Islamiyah dan kumpulan Watoniyah.

Kumpulan Islamiyah merujuk pada solidaritas di antara sesama Muslim, sementara kumpulan Watoniyah lebih menekankan hubungan antarumat beragama secara umum, yang didasarkan pada rasa kebersamaan dan penghormatan terhadap perbedaan.

Adam Rusydi juga menekankan bahwa Indonesia sebagai negara dengan keberagaman agama harus terus mengedepankan sikap saling menghormati.

“Negara ini dibangun atas dasar kebersamaan umat beragama, sehingga perbedaan yang ada harus dijadikan kekuatan, bukan pemicu perpecahan,” ujarnya.

Adam Rusydi juga mengatakan bahwa di dapil nya, Kabupaten Sidoarjo Upaya mencegah dan menekan radikalisme di  terus dilakukan melalui kerja sama antara pemerintah daerah dan berbagai lembaga di Indonesia, termasuk NU dan Muhammadiyah.

Menurut Adam, saat ini kondisi di Kabupaten Sidoarjo masih tergolong kondusif. “Kantong-kantong radikalisme di Sidoarjo saya kira masih relatif kecil. Insya Allah masih aman karena adanya kerja sama antara pemerintah kabupaten dengan berbagai lembaga yang menekankan pentingnya toleransi dan kerukunan beragama,” ujarnya.

Adam juga menyampaikan pentingnya memahami batasan toleransi agar tidak menimbulkan kesalahpahaman di masyarakat. Ia menegaskan bahwa toleransi sebaiknya lebih ditekankan pada aspek kemanusiaan dan hubungan sosial, bukan pada ranah akidah dan amaliyah.

“Sering kali radikalisme muncul karena adanya percampuran antara konsep amalia dan toleransi. Misalnya, ada orang yang sholat di dalam gereja. Hal seperti ini masuk dalam ranah akidah amaliyah dan berpotensi menimbulkan konflik di masyarakat. Oleh karena itu, yang lebih ditekankan adalah kerukunan antarumat beragama dalam aspek sosial dan kemanusiaan, bukan dalam perbedaan keyakinan yang bersifat fundamental,” jelasnya.

Sebagai pesan kepada masyarakat, Adam mengajak untuk melihat perbedaan sebagai sesuatu yang indah dan bukan sebagai pemicu perpecahan. “Kita harus bisa menerima perbedaan, baik dalam konteks kerukunan antarumat beragama maupun dalam aspek akidah amaliyah. Dengan demikian, kehidupan bermasyarakat tetap harmonis dan damai,” tutupnya. (sef)

No comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *