Seminar Awam Deteksi Dini Kanker Serviks di RS Islam Mutiara Bunda Brebes


Brebes – Divisi Onkologi Ginekologi FKUI RSCM menggelar seminar <span;>Awam Deteksi Dini Kanker Serviks untuk para nakes. Seminar ini untuk mengetahui secara dini gejala penyakit ini sehingga bisa diobati.

Diwawancara usai mengisi seminar di RSUI Mutiara Bunda Brebes, Jawa Tengah, Sabtu (21/9) siang, dr Rizki Azenda, dari Divisi Onkologi Ginekologi FKUI RSCM mengatakan, saat ini jumlah penyitas kanker serviks di Indonesia mencapai 36 ribu orang per tahun. Sementara tingkat kematian akibat penyakit ini satu orang per dua jam. Tingginya prevalensi kangker serviks ini membuat pemerintah harus melakukan deteksi dini.

“Perlu diketahui, tingkat kematian akibat kanker serviks dua jam sekali dan jumlah penyintas 36 ribu orang pertahun,” ungkap dr Rizki Azenda.

Dokter ini mengingatkan perlunya deteksi dini bagi masyarakat maupun tenaga kesehatan. Hal ini sebagai upaya pencegahan dan pemahaman untuk para tenaga kesehatan terkait tatalaksana pencegahan (skrining).

Ditegaskan, kanker serviks saat ini prevalensi cukup tinggi dan bergonta ganti menempati posisi puncak dengan kanker payudara. Bahkan dalam beberapa tahun terakhir menempati urutan pertama.

“Kanker serviks itu prevalensi di Indonesia itu nomor satu. Berganti-ganti dalam beberapa tahun ini karena ada kanker payudara. Jadi karena prevalensinya banyak bersaing dengan payudara, itulah alasan kita menggelar kegiatan ini,” katanya.

Dia menyebut, gejala awal yang dirasakan penderita kanker serviks pada umumnya sulit ditemukan karena jenis kanker ini menjadi salah satu penyakit berdarah dingin. Gejala bisa mulai dirasakan pada penderita ketika sudah memasuki stadium lanjut. Oleh karenanya, perempuan harus lebih terbuka dan lebih sering melakukan pemeriksaan lebih awal.

“Tapi gejala paling sering adalah pendarahan di luar siklus haid. Jumlah penderita kanker serviks tiap tahunnya itu sekitar 36 ribu dengan tingkat kematian dalam kurun waktu dua jam itu satu orang. Kebanyakan penderita berada di usia reproduksi antara 35 sampai 40 tahun,” tandasnya.

Kanker ganas ini, lanjut Rizki, berasal dari Human Papiloma Virus yang lebih banyak ditularkan melalui transseksual (bergonta-ganti) pasangan dan berhubungan (seksual) di usia muda atau nikah dini.

“Beberapa perilaku masyarakat bisa beresiko terkena kanker ini. Jangan berganti ganti pasangan, merokok nikah dini dan hubungan seksual usia muda,” bebernya.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes, Ineke Tri Sulistyowati mengatakan, pihaknya akan melakukan pemeriksaan atau skrining terhadap 300 ribu perempuan usia 30-50 tahun. Ini sebagai upaya pencegahan penyakit ini. Karena itu, petugas kesehatan harus gencar menjaring melalui organisasi wanita dan lainnya.

“Masyarakat belum tahu dan merasa takut dan malu saat memeriksakan kemaluannya. Jadi harus melalui edukasi terlebih dahulu sebelum melakukan skrining. Ini perlu dilakukan karena tingkat kematian memang tinggi sampai 50 persen,” kata Ineke.

No comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *