Reportase.tv, Medan- Bagi warga Kota Medan, pasti sudah tidak asing lagi mendengar yang namanya bubur sup, atau banyak yang bilang bubur pedas. Bubur ini sendiri disajikan oleh pengurus Masjid Raya Al Mashun pada setiap bulan puasa.
Memang banyak warga yang mengatakan bubur pedas, namun hal itu dibantah oleh kepala koki, Hamdan (37). Pria yang sudah hampir 30 tahun memasak bubur ini mengatakan bubur yang ia masak bersama dengan tiga orang temannya ini adalah bubur sup.
“Sebenarnya yang kita masak ini bukan bubur pedas, tapi bubur sup dan ini sudah hampir 30 tahun kita masak bubur ini,” ujarnya kepada wartawan, Kamis (9/5/2019) sore.
Dikatakannya, bubur sup sendiri menjadi incaran warga sekitar pada sore atau diwaktu mau berbuka puasa, tak sedikit dari warga yang bermukim di seputaran masjid Raya Al Mashun menenteng rantang mereka masing-masing demi membawa pulang bubur sup tersebut.
“Bubur sup ini dimasak untuk untuk dibagi kepada warga yang menginginkan, termasuk bagi warga yang ingin berbuka puasa di Masjid Raya Al Mashun,” ujarnya.
Hamdan juga mengatakan, setiap harinya mereka bisa menghabiskan sekitar 30Kg beras atau kurang lebih seribu porsi bubur sup yang dimasak dengan menggunakan wadah bulat (kancah)
Ia mengatakan sangat sedih jika para pengunjung yang sudah mengantri atau yang ingin berbuka puasa dengan menikmati bubur sup namun tidak kebagian.
“Sedihnya kalau pengunjung yang sudah mengantri, atau yang ingin berbuka puasa disini tapi bubur sup sendiri sudah habis,” ceritanya.
Namun hal yang sebaliknya ia katakan, jika ia sangat merasa senang, jika bisa lagi memberikan sajian bubur sup bagi seluruh masyarakat kota Medan yang ingin menikmatinya.
“Suka dukanya itu dek, sangat senang jika bisa kembali bisa menyediakan hidangan bubur sup kepada warga atau masyarakat yang ingin menikmati nya,” ungkapnya.
Hamdan juga mengatakan, untuk memasak bubur sup dengan mengunakan wadah (kancah) dibutuhkan waktu setidaknya 2 hingga 3 jam lamanya hingga bubur tersebut enak dinikmati.
Sementara itu ia juga mengatakan, dengan kondisi api yang besar, wadah (kancah) yang digunakan harus berbahan dari tembaga, hal tersebut dikatakannya karena kancah yang terbuat dari tembaga tersebut mampu menjaga suhu panas, sehingga bubur sup yang dimasak tidak gosong.
“Pernah kita pakai yang lain, tapi dengan situasi api yang begini (besar) ada yang hangus dan tidak sesuai dengan yang kita harapkan. Kalau pakai ini (kancah tembaga) sesuai tamaknya,” ungkap Hamdan.
Untuk dari segi biaya, Hamdan mengatakan setidaknya dalam sebulan mereka mengeluarkan dana sekitar 150 juta, itu ia katakan sudah termasuk upah tukang masak.
Sementara itu, untuk pemasukannya sendiri, ia mengatakan sudah ada donatur tetap yang menyumbang tiap tahun untuk santapan berbuka puasa itu di Masjid Raya Al Mashun itu. Namun, ia juga mengatakan tetap menerima siapa pun warga yang ingin menyumbang.
“Kalau donatur tetap ini biasanya turun temurun. Misalnya seperti pemilik rumah sakit di Pakam, Kabupaten Deliserdang, yang awalnya donatur tetap adalah ayahnya. Setelah ayahnya meninggal dunia kemudian dilanjutkan oleh sang anak memberi donasi setiap puasa,” urainya. (Re)
Editor ; Erlangga